Militerisme Jepang

Kemajuan Jepang tampak sejak zaman Restorasi Meiji pada tahun 1868. Tokoh pembaharu Jepang ini adalah Mutsuhito atau Meiji Tenno. Ia mengadakan pembaharuan dalam berbagai bidang.

Salah satu di antaranya adalah bidang militer. Ia memperbarui susunan Angkatan Darat dan Angkatan Laut yang mencontoh keadaan Jerman.

Namun dalam Perang Dunia I Jepang ikut berperang melawan Jerman. Perang ini memberi kesempatan yang baik untuk merebut daerah jajahan Jerman di Cina, yang akan dibangun pangkalan di daratan Cina.

Setelah Perang Dunia I selesai, Jepang sebagai negara yang ikut menang perang mendapat beberapa keuntungan berupa beberapa pulau bekas jajahan Jerman di Samudera Pasifik.

Dengan demikian Jepang menjadi saingan berat bagi negara-negara Barat di Asia, karena hasil industrinya yang membanjiri pasaran Asia dan pengaruhnya di Benua Asia semakin bertambah.

Meskipun Jepang mempunyai daerah jajahan di Korea, namun hal itu belumlah mencukupi. Oleh karena itu Jepang yang merupakan negara imperalis modern satu-satunya di timur jauh, berkeinginan untuk mempunyai jajahan luas di Asia.
Militerisme Jepang
Gambar: Militer Jepang

Pada tahun 1927 Baron Tanaka menjadi Perdana Menteri Jepang. Ia adalah ahli siasat militer yang sudah banyak pengalaman menghadapi Rusia. Kepada Kaisar Jepang disampaikannya rencana ekspansi Jepang untuk menguasai seluruh Asia Timur.

Menurut Tanaka untuk dapat menguasai Cina lebih dahulu harus menguasai Mansyuria dan Mongolia. Apabila Jepang sudah dapat menguasai seluruh daratan Cina, semua negerinegeri lainnya dan negara-negara di sekitar Asia Selatan akan menyerah kepada Jepang.

Bahkan negara-negara besar di Eropa tidak akan berani mengganggu kedaulatan Jepang di Asia Timur. Pada tahun 1931 Jepang merasa sudah dapat menyaingi industri di Eropa.

Bahkan mampu menguasai seluruh Mansyuria. Dengan keadaan semacam itu, maka Jepang berani menyambut protes LBB dengan pernyataan keluar dari LBB.

Pada tahun 1936 Jepang bersama-sama dengan Jerman dan Italia membentuk “Anti Komintern Pact” dengan maksud untuk menghancurkan komunisme. Kemudian Jepang tidak kuat menahan sikap agresifnya.

Oleh karena itu setelah menyerbu Cina Utara, pecahlah Perang Cina-Jepang pada tahun 1937. Perang tersebut menggoncangkan suasana di daerah Pasifik, sehingga masing-masing negara di Pasifik mulai memperkuat kedudukannya.

Tanda-tanda akan meletusnya Perang Pasifik mulai tampak nyata. Negara-negara Barat semakin cemas terhadap tindakan Jepang.

Oleh bangsa Barat, Jepang dianggap sebagai “bahaya kuning” artinya bahaya orang Jepang yang menyaingi industri Barat. Lebih-lebih ketika Jenderal Tojo mulai memegang pemerintahan militer di Jepang pada tahun 1941.

0 Response to "Militerisme Jepang"

Posting Komentar